Banjarmasin Post, 28 Juni 2007
MENANAM POHON UNTUK KEHIDUPAN
Hutan merupakan sebuah bioekosistem yang memainkan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi, sekaligus penyedia pelayanan berbasis lingkungan. Beberapa waktu lalu LSM internasional ternama Green Peace mengeluarkan pernyataan yang cukup memerahkan telinga. Bagaimana tidak, ketika itu Indonesia disebut-sebut direkomendasikan sebagai pemecah rekor perusak hutan tercepat di dunia.
Seiring dinamika pembangunan di negeri ini, sumber daya hutan (SDH) memang telah mengalami penurunan dari kualitas dan kuantitas. Hal ini diakibatkan adanya akses terhadap SDH yang memang tidak bisa dihindarkan. Aktivitas itu berlangsung secara legal dan illegal, untuk keperluan sektor kehutanan maupun nonkehutanan. Perlahan tapi pasti, keanekaragaman hayati yang dikandung hutan dihadapkan pada penurunan. Bahkan ada kekhawatiran suatu saat keanekaragaman hayati akan sampai pada ketegori paling kritis, yaitu musnahnya spesies flora dan fauna. Fungsi ekonomi dan nonekonomi juga ikut hilang seiring musnahnya SDH.
Tidaklah berlebihan kalau hutan kemudian sering disebut sebagai paru-paru dunia. Hutan menjadi salah satu komponen utama dalam mendukung siklus alami dan berbagai proses berlangsungnya kehidupan organisme di muka bumi ini. Dasar Ilmu Alam yang kita pelajari menegaskan, tumbuhan hijau adalah produsen oksigen.
Meskipun banyak yang menyadari betapa pentingnya SDH, degradasi dan deforestasi dengan berbagai tujuan adalah sesuatu yang tidak mungkin terhindarkan. Sejak lama ahli menyatakan, hutan punya peran sangat penting dalam menjaga ketersediaan oksigen dan zat lain yang dibutuhkan organisme yang hidup di bumi.
Berdasarkan uraian tersebut, tanaman hijau memiliki andil cukup besar dalam mendukung aktivitas kehidupan organisme di muka bumi. Hutan punya andil yang signifikan dalam menyuplai oksigen bagi seluruh organisme di muka bumi. Sementara manusia yang konon disebut sebagai organisme atau makhluk hidup paling beradab dan top manajement dalam pengelolaan SDH, memiliki peran kunci dalam menentukan keberlangsungan SDA. Manusia sebagai konsumen utama bisa saja menjadi penghancur utama (destroyer), atau sebaliknya pelindung SDH.
Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan bernalar, maka manusia menjadi komponen penentu dalam sebuah ekosistem. Baik buruknya eksosistem sangat ditentukan oleh perilaku manusia. Oleh karena itu, semestinya kita menunjukkan kepedulian dengan berperan aktif menjaga berbagai siklus alam agar tetap berlangsung dengan azas alaminya dan keseimbangannya tetap terjaga. Kita bisa melakukan gerakan rehabilitasi dan konservasi hutan, mengurangi polusi udara dan air, penghematan pemanfaatan SDH, menanam pohon dan sebagainya. Upaya itu bisa dilakukan baik secara perorangan maupun kolektif. Upaya lembaga pemerintah dan nonpemerintah yang selama ini mendorong, memfasilitasi dan menjadi teladan dalam menyukseskan gerakan ini harus kita dukung sepenuh hati.
Seandainya, satu manusia di muka bumi ini melakukan gerakan menanam pohon, cukup satu pohon. Berarti, satu manusia telah menyumbangkan sebuah mesin/produsen oksigen. Dengan asumsi di muka bumi ini terdapat sekitar lima miliar manusia, maka akan ada lima miliar pohon baru yang nantinya otomatis berfungsi sebagai penyuplai oksigen bagi semua organisme di muka bumi.
Juga, seandainya saja hutan di muka bumi ini dipertahankan sekitar 40% dari luas daratan, pepohonan yang ditanam manusia dapat membuat kita sedikit bernafas lega. Satu pohon yang kita tanam itu, akan menghasilkan oksigen bersama pohon lainnya. Secara tidak langsung kita juga memberikan kontribusi nyata dalam memperbaiki kualitas lingkungan dan atmosfer, serta siklus air dan alam lainnya. Bahkan bukan itu saja. Secara ekonomis di masa akan datang, pohon itu dapat diambil manfaat ekonomisnya. Jadi, menanam pohon untuk kehidupan, mengapa tidak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar